Bangsa
yang Besar adalah Bangsa yang Menghargai Jasa Para Pahlawannya. Istilah ini
mungkin sudah Sering sekali kita dengan sejak di bangku sekolah dasar namun
aplikasinya bisa kita lihat sekarang. Masih banyak masyarakat yang enggan,
lupa, bahkan malas memikirkan bagaimana cara menghargai pahlawannya. Kalau bangsa
sendiri tidak mampu menghargai dan menjaga sejarah bangsanya sendiri, siapa
yang mau melakukannya?
Judul
di atas bahwa Belanda merupakan tempat belajar menghargai orang lain rasanya
pantas diberikan. Sebab Belanda yang secara langsung tidak mendapat keuntungan
apa-apa dari nama-nama pahlawan Indonesia, mau memberikan penghargaan atas
dedikasi mereka untuk bangsanya, sebagai nama jalan di kota-kota di Belanda.
Sebut
saja pahlawan penggerak perempuan pertama di Indonesia, Raden Ajeng Kartini
yang namanya diabadikan sebagai nama jalan di Utrecht, Belanda. Lebih menarik
lagi karena Belanda memberikan nama jalan sesuai dengan karakter pemilik nama. Jalan
Kartini atau Kartinistraat terletak di kawasan yang tenang dengan perumahan
apik dan kebanyakan dihuni kalangan menengah. Jalan kartini pun tidak
sendirian, di kawasan yang sama terdapat nama-nama jalan para pejuang perempuan
dari Negara lain seperti Anne Frank dan Mathilde Wibaut.
Di
Amsterdam, ibukota Belanda, juga mengabadikan nama
penjuang hak-hak perempuan Jawa di abad 17 itu. Wilayah Amsterdam Zuidoost atau
yang lebih dikenal dengan Bijlmer, jalan Raden Adjeng Kartini ditulis lengkap.
Di sekitarnya adalah nama-nama wanita dari seluruh dunia yang punya kontribusi
dalam sejarah seperti Rosa Luxemburg, Nilda Pinto, Isabella Richaards.
Saya sebagai orang Indonesia sangat bangga dan berterimakasih kepada
pemerintahan Belanda yang telah memberikan penghargaan untuk Pahlawan Negara saya.
Rasa
bangga saya tidak hanya sampai di sana. Tokoh kebanggaan saya, Mohammad Hatta
yang saya idolakan sejak kecil ternyata juga memiliki tempat khusus di Kota
Harleem, Belanda. Di sana terdapat Jalan Mohammad Hatta yang ditulis dalam
Bahasa Belanda menjadi Mohammed Hattastraat. Berharap suatu hari nanti saya
bisa datang ke Belanda untuk melihat secara langsung papan nama jalan tokoh
idola saya tersebut.
Ternyata
tidak jauh dari Mohammed Hattastraat terdapat satu nama jalan yang menggunakan
nama Pahlawan Indonesia, yaitu Jalan Sutan Sjahrir yang ditulis menjadi Sutan Sjahrirstraat.
Kedua papan nama jalan tersebut terlihat sangat kokoh dan bangga menunjukkan
namanya. Di Indonesia sendiri saya belum pernah mendengar ada Jalan Mohammad
Hatta karena biasanya nama itu selalu digabungkan dengan nama proklamator
Indonesia lainnya menjadi Jalan Soekarno Hatta.
Dari
Informasi yang saya baca, ternyata Belanda memang memberikan peluang kepada
siapa saja untuk mengusulkana nama jalan, baik diambil nama orang maupun nama
benda. Belanda memiliki syarat untuk nama jalan yang akan diberikan harus
sesuai dengan karakter orang/benda yang akan dipakai sebagai nama jalan
nantinya. Selain itu, untuk nama orang harus nama orang yang sudah meninggal. Proses
pembuatan nama jalan ini biasanya dilakukan karena ada pembukaan jalan atau
perumahan baru. Lama waktu proses pembuatan nama jalan ini bisa lima sampai
tiga puluh tahun, ini menjadi kewenangan penuh pemerintah Belanda. Mereka juga
bisa menolak pengusulan nama jalan jika dinilai kurang sesuai dan kurang
memenuhi criteria yang ada.
Hmm,,
lagi-lagi saya bangga. Bangga karena artinya, setidaknya nama pahlawan
Indonesia dianggap memenuhi criteria dan memiliki karakter sama dengan daerah
di Belanda. Semoga Indonesia bisa belajar menghargai dari Belanda. Bukan hanya
menghargai pahlawannya, tapi menghormarti sesama masyarakat.
Sumber
foto:
Tidak ada komentar:
Posting Komentar