Rabu, 09 Mei 2012

Belanda: Tempat Belajar Menghargai


Bangsa yang Besar adalah Bangsa yang Menghargai Jasa Para Pahlawannya. Istilah ini mungkin sudah Sering sekali kita dengan sejak di bangku sekolah dasar namun aplikasinya bisa kita lihat sekarang. Masih banyak masyarakat yang enggan, lupa, bahkan malas memikirkan bagaimana cara menghargai pahlawannya. Kalau bangsa sendiri tidak mampu menghargai dan menjaga sejarah bangsanya sendiri, siapa yang mau melakukannya?
Judul di atas bahwa Belanda merupakan tempat belajar menghargai orang lain rasanya pantas diberikan. Sebab Belanda yang secara langsung tidak mendapat keuntungan apa-apa dari nama-nama pahlawan Indonesia, mau memberikan penghargaan atas dedikasi mereka untuk bangsanya, sebagai nama jalan di kota-kota di Belanda.
Sebut saja pahlawan penggerak perempuan pertama di Indonesia, Raden Ajeng Kartini yang namanya diabadikan sebagai nama jalan di Utrecht, Belanda. Lebih menarik lagi karena Belanda memberikan nama jalan sesuai dengan karakter pemilik nama. Jalan Kartini atau Kartinistraat terletak di kawasan yang tenang dengan perumahan apik dan kebanyakan dihuni kalangan menengah. Jalan kartini pun tidak sendirian, di kawasan yang sama terdapat nama-nama jalan para pejuang perempuan dari Negara lain seperti Anne Frank dan Mathilde Wibaut.
Di Amsterdam, ibukota Belanda, juga mengabadikan nama penjuang hak-hak perempuan Jawa di abad 17 itu. Wilayah Amsterdam Zuidoost atau yang lebih dikenal dengan Bijlmer, jalan Raden Adjeng Kartini ditulis lengkap. Di sekitarnya adalah nama-nama wanita dari seluruh dunia yang punya kontribusi dalam sejarah seperti Rosa Luxemburg, Nilda Pinto, Isabella Richaards. Saya sebagai orang Indonesia sangat bangga dan berterimakasih kepada pemerintahan Belanda yang telah memberikan penghargaan untuk Pahlawan Negara saya.
Rasa bangga saya tidak hanya sampai di sana. Tokoh kebanggaan saya, Mohammad Hatta yang saya idolakan sejak kecil ternyata juga memiliki tempat khusus di Kota Harleem, Belanda. Di sana terdapat Jalan Mohammad Hatta yang ditulis dalam Bahasa Belanda menjadi Mohammed Hattastraat. Berharap suatu hari nanti saya bisa datang ke Belanda untuk melihat secara langsung papan nama jalan tokoh idola saya tersebut.

Ternyata tidak jauh dari Mohammed Hattastraat terdapat satu nama jalan yang menggunakan nama Pahlawan Indonesia, yaitu Jalan Sutan Sjahrir yang ditulis menjadi Sutan Sjahrirstraat. Kedua papan nama jalan tersebut terlihat sangat kokoh dan bangga menunjukkan namanya. Di Indonesia sendiri saya belum pernah mendengar ada Jalan Mohammad Hatta karena biasanya nama itu selalu digabungkan dengan nama proklamator Indonesia lainnya menjadi Jalan Soekarno Hatta.
Dari Informasi yang saya baca, ternyata Belanda memang memberikan peluang kepada siapa saja untuk mengusulkana nama jalan, baik diambil nama orang maupun nama benda. Belanda memiliki syarat untuk nama jalan yang akan diberikan harus sesuai dengan karakter orang/benda yang akan dipakai sebagai nama jalan nantinya. Selain itu, untuk nama orang harus nama orang yang sudah meninggal. Proses pembuatan nama jalan ini biasanya dilakukan karena ada pembukaan jalan atau perumahan baru. Lama waktu proses pembuatan nama jalan ini bisa lima sampai tiga puluh tahun, ini menjadi kewenangan penuh pemerintah Belanda. Mereka juga bisa menolak pengusulan nama jalan jika dinilai kurang sesuai dan kurang memenuhi criteria yang ada.
Hmm,, lagi-lagi saya bangga. Bangga karena artinya, setidaknya nama pahlawan Indonesia dianggap memenuhi criteria dan memiliki karakter sama dengan daerah di Belanda. Semoga Indonesia bisa belajar menghargai dari Belanda. Bukan hanya menghargai pahlawannya, tapi menghormarti sesama masyarakat.




Sumber foto:

Tidak ada komentar:

Posting Komentar