Selasa, 03 Desember 2013

Resume Buku: Manusia Indonesia (Mochtar Lubis, 2001) Bagian 1

Buku Manusia Indonesai yang ditulis Mochtar Lubis merupakan gambaran cirri manusia
Indonesia dari berbagai pandangan. Tulisan ini memuat banyak hal yang didominasi oleh ciri
negative yang dimiliki bangsa Indonesia, baik menurut bangsa asing maupun orang Indonesia
sendiri. Berikut ringkasan buku Manusia Indonesia.
Berawal dari pertanyaan bagaimana sebenarnya bangsa Indonesia bermula dan seperti apakah
wujud mereka. Apakah mereka seperti Arjuna dan Gatotkaca yang digambarkan laki-laki
gagah perkasa, atau perempuannya seperti Srikandi dengan segala kecantikan perempuan
Melayu. Orang asing yang lama tinggal di Jakarta menganggap bahwa semua manusia
Indonesia sama, semuanya bisa dibeli dengan uang. Belanda di zaman VOC menganggap
bahwa manusia Indonesia adalah pengkhianat, tidak bisa memegang teguh perjanjian, tidak
jujur, suka berperang dan membunuh dengan segala sikap kejam lainnya. Ketika Belanda
menjajah, pandangan ini sedikit berubah dengan menilai bahwa orang Indonesia bersifat
hormat, tenang, dapat dipercaya, baik, royal, ramah pada tamu dan lembut tetapi tetap
menganggap orang Indonesia kurang sanggup melakukan kerja otak yang tinggi, dan
sedang-sedang saja dalam menjalankan ajaran agama dan semangat kerja. Selain itu Belanda
juga mengelompokan ciri manusia Indonesia berdasarkan suku, misalnya orang Bali
dianggap punya semangat hidup dan rajin bekerja namun brutal, orang Ambon dianggap
pintar, cinta kemerdekaan, orang Melayu dianggap bergairah , jujur, ramah namun tertutup,
kejam, dan penuh curiga. Mu Huan, seorang Cina beragama Islam yang datang ke Indonesia
Tahun 1416 mengelompokkan manusia Indonesia ke dalam 3 kelompok. Pertama, orang
Islam yang datang dari Barat dan menetap di Indonesia. Kedua, orang Cina yang melarikan
diri dan menetap di Indonesia, mereka memakai pakaian dan makanan yang baik sekali,
sebagian dari mereka memeluk ajaran Islam dan menjalani ajarannya dengan baik sekali.
Ketiga, orang pribumi yang buruk dan jorok, memakan makanan yang kotor dan tidak
memperhatikan penampilan, berpakaian acak-acakan dan tidak memakai sandal.
Jika kita lihat dari orang sekeliling kita, bisa dirasakan bahwa unsur animisme masih sangat
kental di Indonesia, sekalipun dikatakan sudah hidup di zaman modern. Animism ini yang
menyebabkan banyak masyarakat Indonesia percaya pada hal mistik, baik lahir maupun batin
sehingga orang yang dianggap ideal adalah mereka yang bekerja keras dalam hidupnya tanpa
mencari keuntungan hanya berharap ridho Tuhan. Seperi itulah gambaran manusia ideal
menurut kebatinan Jawa yang mampu menyerahkan segala miliknya jika diperlukan,
toleransi, sabar dalam menerima cobaan hidup. Namun demikian ada juga pandangan
manusia ideal menurut Pancasila, dimana ia memiliki ambisi mencapai cita-cita masa depan
yang lebih baik. Hal ini menyebabkan adanya dualism keyakinan antara animism dengan
kehidupan modern yang di Indonesia keduanya masih dijalani bersamaan sekalipun kadang
saling bertentangan satu sama lain. 
Kenyataaannya, manusia Indonesia secara fisik memang memiliki wajah yang cukup cantik
dan tampan, bahkan beberapa bangsa lain mengakuinya. Sifat yang dimiliki pun halus,harmonis hidup dengan alam,dan kreatif yang menjadi kekuatan bangsa Indonesia saat ini,
khususnya untuk seni dan budaya. Sebelum ada bahasa Indonesia, masing-masing suku di
Indonesia sudah memiliki bahasa dan aksara masing-masing, bahkan mereka memiliki nilai
dan norma serta tata kelola yang mengatur kehidupan masyarakat. Hal ini menunjukkan
bahwa pengelolaan kelompok di zaman itu sudah sangat maju. Pengaruh agama yang datang
banyak mengekang pengucapan artistik keragaman manusia kuno Indonesia. 
Sepanjang sejarahnya, manusia Indonesia selalu akrab dengan hidup tertindas. Mulai dari
zaman kerajaan dimana raja dianggap utusan Tuhan dan berhak melakukan apa pun kepada
masyarakatnya. Kerja paksa tanpa di bayar juga banyak terjadi dan para pekerja tidak bisa
menuntut apa-apa. Berdasarkan pengalam dan kondisi di atas, Mochtar Lubis menemukan
cirri-ciri manusia Indonesia, diantaranya:
Pertama, hipokrit dan munafik. Latar belakang munculnya dua sikap ini dimulai sejak zaman
feudal di Indonesia dimana masyarakat diharuskan meng-iya-kan perintah atau permintaan
raja atau pemimpin. Hal ini menimbulkan rasa sungkan untuk menolak sehingga di depan
penguasa harus selalu menunjukan sikap setuju dan setia pada atasan. Semua ini dijalani
karena takut dan khawatir akan mendapat hukuman tertentu jika bertentangan. Akibatnya
mereka menjalani hidup dalam kepura-puraan sekalipun bertentangan dengan hati nuraninya
sendiri.
Kedua, enggan dan segan bertanggung jawab. Ciri ini akan sangat terasa ketika mereka
melakukan kesalahan, dimana mereka enggan untuk mengakui kesalahan mereka dan dengan
cepat berlindung di balik kata-kata “Bukan saya”. Kata-kata ini diucapkan baik oleh orang
yang bertanggung jawab maupun staf/bawahannya artinya memang tidak ada yang mau
disalahkan sekalipun suatu hal terjadi karena kesalahannya. Akibatnya malah terjadi saling
lempar tanggung jawab yang biasanya tidak mendapat penyelesaian dengan cara yang baik
dan kesalahan tersebut akhirnya dilupakan begitu saja.
Ketiga, perilaku feodal. Besar kemungkinan ciri ini karena lamanya manusia Indonesia hidup
di masa feodalisme masa lalu. Orang yang menjadi pemimpin akan merasa bahwa orang yang
dipimpinnya harus takut, rendah diri, dan mematuhi segala perintahnya dengan baik.
Sebaliknya, orang-orang yang dipimpin juga enggak memberikan kritik kepada pimpinannya
sekalipun apa yang dilakukannya melanggar norma yang ada.
Keempat, percaya pada takhayul. Hal ini dibuktikan dengan masih banyak orang yang
percaya pada benda pusaka, memilih hari baik dan hari buruk serta menghindari hal-hal yang
dianggap pamali. Sekalipun orang berpendidikan tinggi di Indonesia, tidak sedikit yang
masih mempercayai takhayul, bahkan untuk hal-hal yang tidak bisa diterima logika dan akal
sehat. Akibatnya manusia Indonesia menjadi sangat akrab dengan lambing atau simbol
dianggap akan memberikan kekuatan atau dorongan tertentu untuk mencapai tujuan.
Kelima, Artistik. Ciri ini merupakan hal yang menarik dalam diri manusia Indonesia karena
bisa menjadi modal masa depan Indonesia. Manusia Indonesia memang kental dengan hal
seni dan terus melakukan perbaikan untuk menghasilkan karya seni dengan kualitak tinggi
dan unik.