Kebiasaan Merokok
Grafik 3. Baseline Data Kebiasaan
Merokok di Rumah
Pengetahuan
masyarakat tentang bahaya merokok memang sudah cukup baik, namun hal ini tidak
membuat mereka memiliki kesadaran untuk tidak merokok. 64% rumah tangga di
Kukusan masih memiliki perokok di rumahnya dan 44% diantaranya masih sering
merokok di dalam rumah sehingga anggota rumah lain menjadi perokok pasif,
bahkan beberapa diantaranya merupakan bayi dan balita.
Gambar 4. Endline Data Kebiasaan
Merokok di Rumah
Setelah
dilakukan kegiatan promosi kesehatan diketahui bahwa sikap dan perilaku
masyarakat tentang merokok mengalami sedikit perubahan. Walaupun secara jumlah
perokok masih tetap sama, namun kebiasaan mereka merokok di dalam rumah sudah
berkurang. Perubahan yang signifikan terjadi pada kebiasaan merokok di dalam
rumah yang menyebabkan penghuni rumah lainnya menjadi perokok pasif. Sebelum
dilakukan penyuluhan, terdapat 3% responden yang mengaku selalu menjadi perokok
pasif di rumah karena kebiasaan perokok yang merokok di dalam rumah, 3%
responden lainnya mengaku sering menjadi perokok pasif di rumah. Setelah
mendapatkan pendidikan kesehatan masyarakat tentang merokok, bahwa perokok
pasif mendapat lebih banyak bahaya merokok ketimbang perokok pasif. Akhirnya
masyarakat berani untuk meminta suami atau anak mereka yang merokok untuk tidak
merokok lagi di dalam rumah. Pada akhir kegiatan promosi kesehatan diketahui
bahwa memang masih ada 53% yang kadang menjadi perokok pasif.
Kebiasaan Makan Sayur dan Buah
Beradsarkan
hasil baseline data hanya 36%
responden yang mengaku selalu mengkonsumsi sayur dan buah secara rutin.
Sedangkan mayoritas responden yaitu 56% mengaku kadang-kadang saja
mengkonsumsi sayur dan buah.
Gambar 5. Kebiasaan Makan Sayur dan
Buah Sebelum Promosi Kesehatan
Dari
hasil promosi kesehatan, kebiasaan makan sayur dan buah adalah perilaku sehat
yang cukup sulit untuk dirubah. Hal ini sangat berkaitan dengan kemampuan
ekonomi masyarakat di wilayah Kukusan, Depok. Keterbatasan kemampuan ekonomi
menyebabkan mereka belum menganggap bahwa mengkonsumsi buah merupakan sebuah
keharusan untuk menjalankan kehidupan yang sehat. Sebagian dari mereka
menganggap bahwa membeli buah merupakan sesuatu yang mewah yang melebihi
anggaran belanja sehari-hari. Untuk sayur memang sudah banyak warga yang
membiasakan keluarganya makan sayur dengan menyediakan sayuran di rumah sebagai
lauk untuk makan. Sayangnya, kebiasaan makan sayur masih sulit dijalankan,
terlebih untuk anak-anak.
Gambar 6. Kebiasaan Makan Sayur dan
Buah Setelah Promosi Kesehatan
Mencuci Tangan dengan Sabun
Mayarakat
Kukusan sudah memiliki kesadaran mencuci tangan. Namun hasil pengumpulan baseline data menunjukan hanya 69% yang
rutin menggunakan sabun dan air mengalir. Sisanya sebanyak 28% mengaku sering
melakukan cuci tangan namun hanya sesekali menggunakan sabun.
Gambar 7. Kebiasaan Mencuci Tangan
dengan Sabun
Sebelum
dilakukan promosi kesehatan, banyak warga yang menganggap bahwa mencuci tangan
cukup menggunakan air karena secara explicit sudah menghilangkan kotoran. Namun
setelah mendapat penyuluhan tentang pentingnya mencuci tangan dengan sabun
serta penyakit yang mungkin ditimbulkan, membuat pengetahuan warga bertambah.
Hal ini juga memperngaruhi perubahan sikap warga, terbukti dengan meningkatnya
jumlah warga yang selalu mencuci tangan dengan sabun sebelum menyiapkan makanan,
sebelum makan, dan setelah buang air besar dari 69% menjadi 88%. Perubahan ini
dirasa cukup signifikan mengingat masih ditemukan penyakit berbasis lingkungan
yang terjadi di Kukusan, Depok.
Gambar 8. Kebiasaan Mencuci Tangan
dengan Sabun setelah Promosi Kesehatan
Berolahraga Rutin
Selain
kesadaran mengkonsumsi sayur dan buah, kesadaran melakukan aktivitas fisik
masyarakat Kukusan juga masih rendah. Baseline
data menunjukan hanya 36% responden yang selalu melakukan kebiasaan
olahraga secara rutin. 50% responden mengaku hanya kadang-kadang melakukan
olahraga. Sedangkan 14% lainnya mengaku sering melakukan olahraga namun tidak
rutin.
Gambar 9. Kebiasaan Berolah Raga
Mengubah
kebiasaan seseorang untuk berolah raga rutin merupakan hal yang tidak mudah.
Walaupun pengetahuan sudah dimiliki, namun pelaksanaan olah raga dirasa sangat
sulit untuk dilakukan. Di akhir kegiatan promosi kesehatan, jumlah penduduk
terbanyak hanya mengaku kadang melakukan olah raga yaitu sebanyak 70%.
Kesimpulan
1. Dengan
pendekatan intensif kepada masyarakat ditambah promosi kesehatan akan meningkatkan
pengetahuan kesehatan masyarakat
2. Merubah
pengetahuan masyarakata belum tentu secara otomatis merubah perilaku masyarakat
untuk hidup bersih dan sehat, walaupun beberapa terbukti dapat secara otomatis merubah
perilaku
3. Memberikan
bukti manfaat berpola hidup sehat dan menunjukan konsekuensi jika meninggalkannya
akan lebih efektif merubah perilaku hidup sehat masyarakat
4. Merubah
perilaku masyarakat membutuhkan waktu cukup panjang dan dengan pendekatan intensif
kepada masyarakat