Rabu, 03 Desember 2014

BIAS 1-3 Des 2014

🌸 HAK SESAMA MUSLIM 🌸

✏Ustadz Firanda Andirja
              1 Desember 2014

Bismillahirrahmanirrahim.

Washsholaatu wassalaamu 'ala Rasulillah.

Para ikhwan dan akhwat sekalian yang dirahmati oleh Allah سبحانه وتعالى, kita akan memasuki pembahasan Kitaabul Jaami' yaitu sebuah kitab yang ditulis oleh AlHaafizh Ibnu Hajar رحمه اللّه yang beliau letakkan di akhir pembahasan dari Kitab Buluughul Maraam Min Adillatil Ahkaam.

Kita tahu bahwasanya Kitab Buluughul Maraam Min Adillatil Ahkaam adalah kitab yang mengumpulkan hadits-hadits Nabi صلّى اللّه عليه وسلّم tentang fiqih, mulai dari Bab Thaharah, kemudian Bab Shalat dan Bab Haji, Bab Zakat, Bab Jihad dan seluruh nya.

Namun yang menakjubkan dari AlHaafizh Ibnu Hajar, di ujung Kitab Buluughul Maraam, beliau meletakkan Kitaabul Jaami'. Dan Kitaabul Jaami' ini tidak ada hubungannya dengan masalah fiqih, tapi dia lebih cenderung berhubungan dengan masalah adab, masalah akhlaq, tentang akhlaq yang baik, tentang akhlaq yang buruk yang harus dijauhi, tentang dzikir dan do'a.

Wallaahu a'lam, seakan-akan AlHaafizh Ibnu Hajar ingin mengingatkan kepada kita bahwasanya jika seorang telah menguasai bab-bab ilmu, telah menguasai masalah-masalah fiqih maka hendaknya dia beradab dan dia memiliki akhlaq yang mulia.

Karenanya di akhir kitab tersebut, di akhir Kitab Buluughul Maraam, maka beliau meletakkan sebuah kitab yang beliau namakan Kitaabul Jaami'.

Kitaabul Jaami', al jaami' dalam bahasa arab artinya yang mengumpulkan atau yang mencakup.

Dikatakan Kitaabul Jaami', kenapa? Karena kitab ini mencakup 6 bab yang berkaitan dengan akhlaq sebagaimana yang tadi kita sebutkan.

Bab pertama adalah Baabul Adab.

Kemudian bab kedua adalah Bab Al Birr Wa Shilah, yaitu bab tentang birr wa shilah, bab tentang bagaimana berbuat baik dan bagaimana bersilaturahmi.

Kemudian yang ketiga Baabul Zuhud wa Wara', tentang zuhud dan sifat wara'.

Dan bab yang ke-4 Baabut Tarhiib Min Masaawil Akhlaaq, bab tentang yang memperingatkan tentang akhlaq-akhlaq yang buruk.

Kemudian yang ke-5 Baabut Targhib Min Makaarimul Akhlaaq yaitu bab tentang motivasi untuk memiliki akhlaq yang mulia.

Dan yang ke-6 Baabudz Dzikir Wad Du'aa, yaitu bab tentang dzikir dan do'a.

Maka disebut dengan Kitaabul Jaami' karena di dalam kitab ini mencakup 6 bab. 

Kita masuk yang pertama, yaitu Baabul Adab (bab tentang adab).

Yaitu maksudnya adalah bab ini mencakup hadits-hadits yang menjelaskan tentang adab-adab Islam di dalam Islam yang seorang muslim hendaknya berhias dengan akhlaq (perangai-perangai) yang mulia tersebut.

Hadits pertama, yaitu dari Abu Hurairah رضي اللّه عنه :

حَقُّ الْمُسْلِمِ عَلَى الْمُسْلِمِ سِتٌّ. قِيْلَ: مَا هُنَّ يَا رَسُوْلَ اللهِ؟ قَالَ: إِذَا لَقِيْتَهُ فَسَلِّمْ عَلَيْهِ، وَإِذَا دَعَاكَ فَأَجِبْهُ، وَإِذَا اسْتَنْصَحَكَ فَانْصَحْ لَهُ، وَإِذَا عَطَسَ فَحَمِدَ اللهَ فَسَمِّتْهُ، وَإِذَا مَرِضَ فَعُدْهُ، وَإِذَا مَاتَ فَاتَّبِعْهُ

Bahwasanya hak seorang muslim atas muslim yang lain ada 6 :

1. Jika engkau bertemu dengan dia maka berikanlah salam kepadanya.
2. Jika dia memanggilmu (mengundangmu) maka kamu harus memenuhi undangannya, maka penuhilah undangannya.
3. Jika dia minta nashihat kepada engkau maka nashihatilah.
4. Jika dia bersin kemudian dia mengucapkan "alhamdulillaah" maka jawablah dengan "yarhamukallaah".
5. Jika dia sakit maka jenguklah dia.
6. Jika dia meninggal maka ikutilah jenazahnya.

Hadits ini diriwayatkan oleh Imam Muslim dalam Shahihnya.

Ikhwan dan akhwat yang sekalian dirahmati Allah سبحانه وتعالى, disini kata Rasulullah صلّى اللّه عليه وسلّم, hak muslim seorang atas muslim ada 6.

Tentunya, bilangan 6 ini bukanlah sesuatu yang tanpa batasan, artinya 6 ini hanya menunjukkan Rasulullah صلّى اللّه عليه وسلّم menyebutkan secara khusus namun bukan berarti tidak ada hak-hak yang lain.

Dalam istilah ahlul 'ilmi (ulama) yaitu mafhumul 'adad laysa lahul mafhuum. Bahwasanya bilangan tidak ada mafhum mukhalafahnya. Jadi 6 ini hanya sekedar menunjukkan perhatian Nabi terhadap 6 perkara bukan berarti tidak ada hak-hak yang lainnya. 

Dan maksud hak disini adalah perkara yang laa yanbaghi tarkuhu, yang hendaknya tidak ditinggalkan. Bisa jadi perkara yang wajib, bisa jadi perkara mustahab yang sangat ditekankan. Di dalam hadits ini mengumpulkan 6 hak.

Hak yang pertama, jika engkau bertemu seorang muslim maka berilah salam ke dia. Tentu di antara amalan yang sangat mulia adalah memberi salam. Kata Nabi صلّى اللّه عليه وسلّم :

لاَ تَدْخُلُونَ الْجَنَّةَ حَتَّى تُؤْمِنُوا وَلَا تُؤْمِنُوا حَتَّى تَحَابُّوا أَوَلَا أَدُلُّكُمْ عَلَى شَيْءٍ إِذَا فَعَلْتُمُوهُ تَحَابَبْتُمْ أَفْشُوا السَّلَامَ بَيْنَكُمْ

"Kalian tidak akan masuk surga kecuali kalian beriman dan kalian tidak akan beriman sampai kalian saling mencintai. Maukah aku tunjukkan kepada kalian tentang suatu perkara jika kalian melakukannya maka kalian akan saling mencintai?  Yaitu sebarkanlah salam di antara kalian".

Oleh karenanya diantaranya afdhalul 'amal (amalan yang paling mulia) kata Nabi صلّى اللّه عليه وسلّم yaitu memberi makan kepada fakir miskin, kemudian beri salam kepada orang yang kau kenal dan orang yang tidak kau kenal.

Bahkan disebutkan diantara tanda-tanda hari kiamat yaitu seseorang hanya memberi salam kepada orang yang dia kenal.

Salam merupakan amalan yang indah, mendo'akan kepada sesama muslim. Dengan kita menyebarkan salam maka akan sering timbul cinta diantara kaum muslimin, ukhuwah islamiyah semakin kuat.

Tentunya salam ada adab-adabnya, akan kita jelaskan pada pertemuan-pertemuan berikutnya.

Namun satu yang menakjubkan dalam hadits Abdullah bin Sallam, salah seorang Yahudi yang masuk Islam kemudian jadi sahabat, dia mengatakan : Awwaalu kalaamin sami'tu minan Nabiyyi shallallaahu 'alayhi wa sallam yaa ayyuhannaasu afsyuu salaam baynakum.

أول كلام سمعت من النبي صلى الله عليه و سلم يآيها الناس أفشوا السلام بينكم

Dia mengatakan tatkala Rasulullah صلّى اللّه عليه وسلّم di Madinah, pertama kali dia dengar kalimat Rasulullah, Rasulullah mengatakan "Wahai manusia (wahai masyarakat), sebarkanlah salam diantara kalian".

Oleh karenanya menyebar salam bukanlah perkara yang sepele melainkan diperhatikan oleh Nabi صلّى اللّه عليه وسلّم bahkan di awal dakwah Nabi صلّى اللّه عليه وسلّم dengan menyebarkan salam.

Demikianlah, kita akan lanjutkan dalam pertemuan berikutnya.

Wallaahu a'lam bishshawaab.

----------

💐  Mengapa kita harus belajar tauhid 💐

✏ Ustdz Abdullah Roy
             2 Desember 2014

Mempelajari tauhid merupakan kewajiban bagi setiap muslim, karena الله سبحانه و تعالىٰ menciptakan manusia dan jin hanya untuk bertauhid yaitu mengesakan, ibadah kepada الله سبحانه و تعالىٰ

Qs adz dzariyat 56
وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالْإِنْسَ إِلَّا لِيَعْبُدُونِ
56. Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku.

Oleh karena itu الله سبحانه و تعالىٰ telah mengutus para rosul kpd setiap umat yang tujuannya untuk mengajak mereka kpd  tauhid.

Qs an nahl 36 (sebagian)
وَلَقَدْ بَعَثْنَا فِي كُلِّ أُمَّةٍ رَسُولًا أَنِ اعْبُدُوا اللَّهَ وَاجْتَنِبُوا الطَّاغُوتَ
36. Dan sungguhnya Kami telah mengutus rasul pada tiap-tiap umat (untuk menyerukan): "Sembahlah Allah (saja), dan jauhilah Thaghut[826] itu",

Makna thogut adalah segala sesembahan selain الله سبحانه و تعالىٰ .

Tauhid merupakan inti ajaran islam. Muslim yang tdk memahami tauhid berarti dia tdk memahami agamanya, meskipun dia mengaku telah mempelajari ilmu2 yang banyak.

Allahua'lam bish-showwab

Tidak ada komentar:

Posting Komentar